Bahan pewarna secara
sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang
memiliki afinitas kimia terhadap
benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan
larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk
meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat
berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan
dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki
afinitas terhadap substrat. Sumber utama bahan pewarna adalah tumbuhan,
khususnya akar-akaran, beri-berian, kulit kayu, daun, dan kayu. Sebagian dari
pewarna ini digunakan dalam skala komersil.
Pewarna alami adalah zat
warna alami (pigmen) yang diperoleh dari tumbuhan, hewan, atau dari
sumber-sumber mineral. Zat warna ini telah digunakan sejak dulu dan umumnya
dianggap lebih aman daripada zat warna sintetis. Dalam daftar FDA pewarna alami
dan pewarna identik alami tergolong dalam ”uncertified color additives”
karena tidak memerlukan sertifikat kemurnian kimiawi.
Pewarna sintetik secara cepat menggantikan
peran dari pewarna alami sebagai bahan pewarna. Hal ini disebabkan karena biaya
produksinya yang lebih murah, jenis warna yang lebih banyak, lebih stabil, dan
kemampuan pewarnaan yang lebih baik.
Pencelupan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan
nilai komersil dari barang. Nilai komersil ini menyangkut nilai indra seperti
warna, pola dan mode, dan nilai-nilai guna yang tergantung dari apakah produk
akhir dipakai untuk pakaian, barang-barang rumah tangga atau penggunaan lain.
Lagi pula, nilai-nilai guna sebagai pakaian tergantung pada tingkatan yang
dikehendaki dari sifat-sifat penyesuaian seperti misalnya sifat-sifat
pemakaian, sifat-sifat pengolahan, sifat-sifat perombakan dan sifat-sifat
sebagai cadangan. Nilai-nilai ini dapat diberikan dengan cara yang beraneka
ragam oleh macam -macam bahan, seperti serat kapas, benang, kain tenun, dan
kain rajut, bermacam-macam cara proses, termasuk pencelupan.
Pencelupan adalah suatu proses pemberian warna pada
bahan secara merata dan baik, sesuai dengan warna yang diinginkan. Sebelum
pencelupan dilakukan maka harus dipilih zat warna yang sesuai dengan serat.
Pencelupan dapat dilakukan dengan berbagai macam teknik dengan menggunakan
alat-alat tertentu pula.
Pencelupan pada umumnya terdiri dari melarutkan atau
mendispersikan zat warna dalam air atau medium lain, kemudian memasukkan bahan
kedalam larutan tersebut sehingga terjadi penyerapan zat warna kedalam serat.
Penyerapan zat warna kedalam serat merupakan suatu reaksi eksotermik dan reaksi
kesetimbangan. Beberapa zat pembantu misalnya garam, asam, alkali atau lainnya
ditambahkan kedalam larutan celup dan kemudian pencelupan diteruskan hingga
diperoleh warna yang dikehendaki.
0 komentar:
Posting Komentar